“ehem..” mencoba melegakkan tenggorokan sambil tanganku
memainkan kunci motor yang tergeletak diatas meja. “Na, aku mau terus terang
deh sama kamu... Aku, suka sama kamu” .. keheningan mencoba menguasai suasana
lagi, tak lama, hanya 7 detik. Aleyna merespon “hah, maksudnya Bar?” tertegun
mendengar perkataan ku tadi. Telaga beningnya mendamaikan sorotan wajahnya yang
terlihat sedikit menyorot ke arahku. dengan cepat aku menimpal “iya Na, tapi
tenang aku ga mengharapkan apa-apa ko, Cuma sekedar mau jujur aja. Cukup sulit
mengubur perasaan ini terlalu lama tanpa diketahui oleh orang itu. Kamu” aku
mencoba memperjelas maksud agar dia tidak salah paham.
“iya Bar gapapa ko terus terang aja apa yang mau kamu bilang
kalo memang itu bisa membuatmu nyaman. Tapi sebenernya aku udah punya firasat
tentang perasaanmu ini” Aleyna mencoba membuatku agar tidak semakin gugup. “firasat?
Kamu udah tau kalo aku memelihara perasaan yang lebih sama kamu?”, “iya. Akhir-akhir
ini aku juga cukup bingung kenapa tiba-tiba kita jadi deket banget. Kamu mulai
sering SMS aku, yang menunjukan perhatianmu sama aku. Awalnya aku kira Cuma ke-geer-an
ku aja ngerasa bahwa kamu suka sama aku, firasat itu aku buang jauh-jauh. Semuanya
aku anggap wajar karna kita kan temen, iya kan?”, “ya emang akhir-akhir ini aku
tergelitik untuk mengetahui semua aktifitasmu, sekedar ingin memberi perhatian
aja. Susah banget untuk ditahan Na, dan kamunya juga welcome banget sama aku”.
“makasih banyak ya Bar” lembutnya suara Aleyna mengayunkan ku
dalam tatapannya. “with my pleasure Na.
tapi jangan salah paham ya aku gak berharap apa-apa ko, karena aku tahu
beberapa hal” balas ku sekali lagi, mencoba meluruskan arti, disambut dengan
wajah keingintahuan Aleyna akan beberapa hal yang akan ku sebut. kemudian aku
melanjutkan pembicaraan. “aku tahu beberapa hal. Pertama kamu bakal jauh dari Jakarta
– Dari diriku tentunya, kemudian aku tau kamu sudah mengaggumi dan menyukai
seseorang diluar sana, jadi ga mungkin aku mengharapkan sesuatu dari ini” belum
selesai nafasku mengakhiri pembicaraan, Aleyna menyambar dengan cepat “udah
udah cukup, yang lalu-lalu itu ga perlu dibahas lagi ya, toh aku juga udah ga mikirin
sama yang lalu itu ko”.
entah kenapa Hati ku melawan
perkataannya. Aku tahu Na kamu bohong, bohong kalo kamu bilang ga mikirin Dia
lagi. Ya mantanmu. Aku lebih suka Kejujuran yang pahit daripada kebohongan yang
manis, terlalu manis sehingga menciptakan rasa Pahit diakhirnya, layaknya
pemanis buatan. Tapi aku hargai usaha mu untuk menjaga perasaanku.
Sampailah aku pada titik kebisuan, namun itu tak lama,
tertolong oleh kembalinya Fina dari market. “udahan Bar?” memastikan apakah aku
sudah terus terang, tak lupa diiringi dengan tawa ledeknya. “iyee udah Fiin”
jawabku sinis, dalam hati senang. “ah? Jangan-jangan kamu pura-pura ke market beli
sesuatu Cuma buat ngasih waktu untuk Bara ngomong ke aku?” kesadaran Aleyna
yang baru muncul memancing tawa ku dan Fina, “hahahaha ya gitu deh sayaang”
jawab Fina sambil mencubit kedua pipi Aleyna yang cukup berisi.. tawa kami
bertiga menjadi awal perbincangan seru malam itu. Tanpa rasa grogi aku pun bisa
leluasa berbicara dengan Aleyna, begitu juga Aleyna terhadapku. Malam itu
sangat padat, padat diisi oleh senyuman ku, Fina, dan Aleyna.
Aku menggerakkan tangan kiri ku, mengarahkan jam pada
pandanganku, karna ruangannya yang sedikit redup, ku tekan tombol ‘light’ disisi kiri jam tangan ku. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 23.30,
sudah sangat larut untuk menjadi tamu. Kuputuskan untuk mengakhiri pembicaraan
yang sebenarnya tak mau dan tak akan pernah mau aku akhiri itu.
“Na, udah malem banget nih aku sama Fina pamit ya. Terima kasih
untuk hari ini. Telah memberiku suasana yang nyaman untuk jujur”. “iya
sama-sama, makasih banyak juga Bar atas surprise-nya
malam ini, kamu juga yaa Fin makasih banyak, aku terharu looh” sekali lagi
senyumannya membuatku terhanyut dalam dunia yang entah dimana. Kuputar kunci
motor, tak lama setelah Fina melambaikan tangan pada Aleyna akupun menekan
tombol starter. Tombol yang
mengakhiri kisahku malam itu. Bersamanya
Banyak hal yang terulang dalam bayanganku selama dalam
perjalanan. Jalanan yang sudah sepi dan angin malam yang cukup menusuk dada
bagi pengendara motor berjaket tipis, seakan mendukung anganku untuk kembali
memutar setiap detik scene yang telah
aku lewati, yang telah terjadi di Rumah Aleyna. Seketika punggungku merasa
terbebani.aku tahu, Kubiarkan kepala Fina, helmnya lebih tepatnya bersandar
pada punggungku namun tidak dengan tangannya yang melingkar ke pinggangku
seperti pasangan kaula muda saat berpacaran. Tidak tidak seperti itu. Tak berani
menegurnya karena aku juga lah yang membuatnya letih. “maaf ya membuatmu repot
hari ini” bisikku kepada Fina dengan tatapan ku yang tetap fokus mengamati
jalan.
Rasa menyesal sempat menggelayuti kalbu. Kenapa baru sekarang
ini bisa berterus terang kepadanya. aku sangat mengutuk rasa pengecut ku yang
tak beralasan itu, yang membuatku selalu menunda waktu untuk berbicara dengan
Aleyna. Dari hati ke hati
Aku paham, sikap menyesal bukanlah sikap yang bisa membuatnya
tinggal lebih lama, lebih lama dekat denganku. Hanya membuatnya tau bahwa aku
masih butuh tatapannya. Tatapan yang dapat memberikan impuls kepada Retina dan iris ku agar selalu bisa melihat dunia dengan jelas dan penuh
warna. Semakin dalam inginku tuk kau disini, semakin perih logika ku menerima
kenyataan bahwa tak lama lagi kita akan terpisah jarak ratusan bahkan ribuan
kilometer. Luka yang sehalus sepi, setipis sayatan silet yang perih seperti
diguyur air garam laut namun tak membuatnya berbekas, lenyap saja seperti mimpi
ku tentangmu tadi malam.
Aku mengerti jika kau bisa dengan mudah pergi, tapi aku yakin
pada saatnya nanti ketika kau teringat saat-saat ini, kau akan sampai kepada
dimensi kosong yang tak kau kenal, bernama Rindu. Aku akan berusaha untuk
menyisihkan ruang di organ merah tua ini, sehingga kapanpun kau butuh kembali,
kau tak perlu ragu membuka pintunya.
Oya bagaimana jika kunamakan ruang itu .. “untukmu yang pasti
kembali”, karna aku yakin kau pasti kembali kan? Iya kan Aleyna? : )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar