Minggu, 05 Agustus 2012

Mengantar Rindu (1)

"Fin, kamu tau gak tempat jual kue yang enak?"
Hari itu sekitar pukul 1 siang aku mengirim pesan kepada sahabatku menanyakan toko kue. Tak lama berselang Fina membalas pesanku,
emm.. setahu ku toko Roti Bonte, kuenya enak dan harganya cukup murah jika dibandingkan dengan toko lain. Ngomong-ngomong buat apa Bar? Jarang banget kamu nanya hal kaya gini”
Aku cukup tersenyum membaca pesan balasan Fina kepadaku. Memang aku jarang sekali, bahkan tidak pernah menanyakan hal seperti itu. Dengan tak menanggapi pertanyaannya, aku langsung menanyakan dimana lokasi tepatnya toko Roti Bonte itu.
“di jalan duren kalibata, selisih 3 toko setelah pom bensin kalibata. Tau?”
“ga tau pasti sih, aku ga pernah memperhatikan daerah situ”
“yaudah, mau aku anterin?”
“boleh, tapi ngerepotin ga nih?”
“menurutmu orang yang merasa kerepotan akan menawarkan bantuan? Eh kamu belum jawab pertanyaanku, kamu mau beli kue buat siapa? Hayoo jujur”

Tanpa berkeinginan membalas pesan terakhirnya itu, aku bersiap-siap untuk pergi ke rumahnya dengan sepeda motor yang sudah ku siapkan sejak sebelum zuhur. Diperjalanan ku coba membayangkan bentuk dan hiasan kue yang cocok untuk ku berikan kepada sahabatku, yang akan melanjutkan kuliah di University Of Sydney
“cepet banget Bar” sahut Fina. suara cemprengnya itu meyambutku ketika belum lama sampai berada di depan rumahnya. Suaranya memang khas. “iya, siang ini jalanan sedang lenggang. Udah siap? Berangkat sekarang aja yuk!” ajakku. “kamu ga mau minum dulu bar?” tawar Fina. “nanti saja setelah ini” jawabku agak tergesa-gesa. “buru-buru banget sih, yaudah yuk”

Diawali dengan kebisuan, diperjalanan Fina mencoba membuka perbincangan denganku, langsung saja yang dia tanyakan adalah pertanyaan yang sama dengan percakapan di SMS, yang belum ku jawab tentunya. “kamu tau kan, Aleyna, dia diterima di Universitas Sydney..” belum selesai bicara, Fina dengan sergapnya memotong pembicaraanku. “aahh jadi kamu mau ngasih kue ucapan selamat buat dia? Uu~ so sweet banget sih cowo satu ini” sambil mencoba mencubit pipiku yang tertutupi helm half face.

“ih apasih Fin, wajar kan aku sebagai sahabatnya ngasih dia surprise ucapan selamat gitu, gak ada yang sok manis atau berlebihan ah!” ku coba mewajarkan keadaan. “iya engga ko gak aneh, wajar.. wajar banget malah, seorang cowo yang punya perasaan sama seorang cewe ngasih dia surprise. Wajar banget Baar hihi” masih saja diiringi dengan tawa ledeknya yang membuatku semakin gugup mengendarai motor. 
***

Fina, sahabatku sejak SMA, dia sangat dekat dengan ku, saking akrabnya aku tak segan untuk bercerita tentang masalah sekolah, keluarga dan tentunya asmara yang sedang hangat-hangatnya saat masa SMA. Dia satu-satunya sahabatku yang tahu bahwa aku menyukai seorang perempuan yang tidak terlalu tinggi, rambut hitam lebat dengan sedikit ikal dan menyukai design. Aleyna namanya. Nama yang cukup indah yang pernah ku dengar
Sudah cukup lama aku menyukainya, setelah aku akrab dengannya di SMA kelas 2 sampai saat ini. Saat kami ingin berpisah melanjutkan ke perguruan tinggi. Satu tahun lebih lamanya rasa ini menunggu pengakuan yang belum kunjung terucap
***

Tak mau ku jawab lagi omongan Fina yang meledek, hanya ingin fokus dengan jalan raya yang lenggang dan terik memantulkan sinar surya yang silau siang itu.

“depan belok kiri Bar!” suara Fina memecah kevakuman dan kebisingan jalan raya yang diisi oleh berbagai macam kendaraan bermotor, meskipun tak seramai hari libur. Tak lama setelah ku taruh motor diparkiran toko, Fina menarik tangan ku untuk segera menunjukkan kue yang dia suka. Rupanya dia sering ke toko itu untuk membeli roti, sekedar untuk cemilan malamnya di rumah. “aku bukan beli buat kamu Fiin” ledekku. “yee justru aku ngasih saran nih buat kamu, biasanya cewek suka kue yang kaya gini, hm” sambil mengerutkan bibir, agak kesal dengan omonganku yang tadi. Aku yang sibuk melihat-lihat deretan kue yang rapih terjajar didalam estalase tak sempat menghiraukan sikap ngambeknya, karna ku tau selang 2 atau 3 menit lagi bibirnya yang membentuk simpul kecil itu akan hilang tergantikan garis bibir innocent.
 
“Fin Fin, ini bagus gak? aku suka warna coklat, kalem dan gak neko-neko” tanyaku, “boleh-boleh aku juga cukup suka dengan yang satu itu apalagi ditambah dengan hiasan krim dan buah cherry diatasnya. Cantik” tambahnya. benar saja, Fina sudah tidak ngambek lagi bahkan kerutan bibirnya akibat dibuat monyong terganti dengan senyumannya yang renyah. Tak lama melihat-lihat, kuputuskan untuk membeli kue yang dilapisi dengan krim coklat yang penuh. Tak lupa aku meminta ‘mba-mba’ penjaga tokonya untuk menambahkan hiasan dan tulisan diatasnya.

Selamat Aleyna” dua kata yang singkat dan sederhana namun cukup jelas untuk mengungkapkan makna dari kata itu.


Bersambung . . . 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar