Minggu, 16 Desember 2012

bukan sekedar rangkaian kata



       Siang hari, ruang kampus jurusan Hubungan Internasional 1B terdengar cukup ramai. Diisi oleh perbincangan dan riuh tawa mahasiswa yang asik dengan teman sekelompoknya masing-masing. Kelompok itu dibentuk oleh dosen mata kuliah Politik Luar Negeri. Para mahasiswa diminta untuk mendiskusikan salah satu contoh masalah politik luar negeri yang diberikan oleh dosennya, yang mana tiap kelompok mendapatkan contoh yang berbeda.

      David :     “Mil, dosennya mana ya katanya keluar sebentar, ko lama banget”
Syamil : ”mungkin dia lagi ada urusan penting vid, lagipula kita kan udah dikasih tugas sama dia”
      David :     “justru itu, ada yang mau aku tanyakan mil”
      Syamil :    “yaa tunggu aja, mungkin sebentar lagi”
      David :     “semoga”

      David, Kristiani, dan Syamil, Muslim, adalah dua orang pemuda yang sudah bersahabat sejak dibangku SMA. mereka sudah sangat dekat dan akrab meskipun keduanya mempunyai agama yang berbeda, bahkan kedekatan mereka pulalah yang memberikan alasan kepada mereka untuk masuk jurusan yang sama.
      Saat itu, saat dosen belum kembali ke kelas, mereka memilih untuk membincangkan film anime yang sama-sama mereka suka. Dan kemudian sampailah mereka pada pembicaraan seperti ini;

      David :    “eh ya Mil, sekarang kan tanggal 23 Desember dan sebentar lagi natal, kamu gak mau mengucapkan selamat padaku?”
      Syamil :    “maaf vid, tapi aku engga bisa”
      David :     “engga bisa kenapa? Karna agamamu dan agamaku berbeda?  Tapi Teman-teman mu yang lain saja memberikan ucapan selamat kepadaku dan mereka baik-baik saja”
      Syamil :    ” mungkin ada yang belum mereka ketahui dan pahami”
      David :     “ayolaah Mil, itu kan Cuma ucapan saja, hanya rangkaian kata-kata yang mempunyai maksud untuk memberikan selamat”
      Syamil : “maaf vid tapi aku benar-benar tidak bisa hehe sorry yaa my brotha”
      David :     “ayolah, hanya ucapan saja, setahun sekali ko Mil”
      Syamil : “baiklah. Gini, aku akan memberikan selamat kepadamu tapi dengan syarat, mau kah kau mengucapkan dua kalimat syahadat terlebih dahulu”
      David : “Hah?! Membaca syahadat. Maaf mil kalo untuk itu aku tidak bisa”
      Syamil : “kenapa?”
      David : “aku takut jika aku mengucapkan itu akan bisa merusak dan mengganggu kepercayaan ku”
      Syamil : “tapi David, Itukan Cuma rangkaian kata dan kalimat bahasa arab saja. Ayoolaah”
      David : “Baiklah Syamil sahabatku, cukup, aku sudah mengerti maksud mu”
           
Sambil menyunggingkan senyum, David mengakhiri perbincangan itu. Tak ada hati yang tersakiti, dan tak ada dendam setelah terjadinya perbincangan itu. David sudah mengerti apa yang dimaksudkan Syamil, dan ia pun kagum bagaimana Syamil menjelaskan kepercayaannya tanpa menyakiti dan menyinggung perasaannya. Begitu juga dengan Syamil, ia kagum dengan David, sahabatnya itu, bagaimana ia bisa mengerti dan menghormati kepercayaan dan keyakinannya.

      Perbedaan bukan diciptakan untuk (dipaksa) disamakan. Tak perlu kekerasan untuk membuat mereka mengerti. Tapi perbedaan diciptakan untuk mengisi tempatnya masing-masing dan biarkan mereka melengkapi kekurangan yang dimiliki oleh yang lainnya.



      Cerita diatas murni fiksi.
Yang gue harapakan adalah Semoga ada pelajaran yang bisa diambil dari cerita diatas



KeTauhidan
tak bisa ditawar-tawar
:)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar