Kemudian
kakaknya melanjutkan interview-nya
“ng.. ng.. baik, lets off to the
topic. Sudah punya pengalaman menjadi panitia?”
“pernah dong ka, jadi panitia 17 Agustusan,
teruus jadi Panitia pemotongan hewan kurban. Gitu kan ka?”
Dan
sekali lagi entah kenapa kaka itu terlihat speechless. Entah apa yang gue
lakukan (itu karna jawaban bodoh mu Azmi!! Hey seharusnya kau cerdas!!)
Kemudian
interview itupun dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang mendasar dan
basic dari suatu interview, sampai pada saatnya munculah pertanyaan yang
menurut gue cukup menantang, gini;
“kamu yakin akan bertanggung jawab dengan
tugas yang kamu terima?”
“yakin kak” kata gue dengan mantap
“kamu milih Divisi Acara, berarti kamu sudah
siap kalo misalnya suatu ketika kamu punya kesalahan yang cukup besar, kamu yakin
mau mempertanggung jawabkannya?”
“dari awal saya udah niat untuk ikut
kepanitiaan acara ini kak, jadi dari awal pula saya sudah siap dan yakin dengan
semua tugas dan resiko. Namun tentunya dengan hukuman yang setara dengan
kesalahan yang saya buat”
jawab
gue makin mantap + bokis dikiiit haha, sok-sokan dari awal udah siap padahal
sebelumnya di selasar masjid aja gue masih bimbang mau ikut apa engga
“sip, kaka jadi yakin sama kamu. kaka mau
cerita tentang pengalaman PNJ Fair tahun kemarin, jadi ada anak Divisi Acara
yang hampir mau dipenjara karena ga bisa nepatin janji feedback ke perusahaan
sponsor”
*Glek.
Nelen ludah saat itu persis seperti nelen baso bulat-bulat
“konsekuensinya bisa sampe bawa-bawa
penjara ka?”
“ iya jelas bisa, karena kalo udah menyangkut
suatu perusahaan biasanya ada perjanjian hitam diatas putih, bermaterai pula
kan, jadi jelas bisa dibawa sampe ke ranah hukum”
Gue
Cuma bisa ngangguk ngangguk ngeri,
“jadi gimana .. masih yakin mau ikut
kepanitiaan ini dan masuk ke divisi acara?”
“ emm, sebelum saya denger cerita kaka itu
sih saya yakin yakin aja tapi setelah denger itu ko rasanya jadi rada ragu ya
hhe”
“haha
gaperlu takut gitu, kamu ga sendirian ko nanti”
“iya ka” hanya kata itu yang bisa gue
keluarkan setelah shock terapy sama cerita kakaknya yang tadi.
“oke kaka kira sudah cukup untuk saat ini, sebelum
itu kaka punya pertanyaan terakhir pada interview kali ini; apa yang akan kamu
lakukan untuk meyakinkan saya bahwa kamu pantes saya pilih untuk ikut
kepanitiaan?”
“hah, maksudnya kak? Bisa tolong dikasih
contoh?”
“oke gini deh, tadi siang ada mahasiswi yang
OR juga sama kaka terus setelah kaka melayangkan pertanyaan itu, tiba-tiba dia
berdiri dihadapan kaka dan kemudian dia berteriak dengan lantang menyebutkan
namanya dan kemudian bilang bahwa dia akan siap untuk berkontribusi aktif dalam
acara ini jika seandainya memang dia terpilih”
“Harus berupa tindakan nyata ya?”
“yap . tepat. Ayo, apa yang mau kamu lakukan
untuk meyakinkan kaka? Ayo apa aja ..”
Hal pertama yang gue bayangkan setelah dia
bertanya seperti itu adalah; apakah gue harus kayang ditengah-tengah ruang BEM
ini dan bilang ke kakaknya bahwa gue bisa lho gosok gigi sambil kayang. Namun niat
itu gue urungkan, karna mau gue kayang ke’ atau dicampur sikap lilin dilanjutkan
koprol di udara gue rasa itu bukan hal yang bisa meyakinkan dia untuk nerima
gue sebagai panitia, yang ada dia yakin bahwa species seperti gue harus
dimusnahkan dari PNJ.
Hal
kedua yang terpikirkan adalah, apakah gue nunjukkin ke kakanya teknik spinning
pen gue yang baru belajar 2 hari. Tapi Gamungkin, teknik spinning pen gue baru
satu dan itu juga sama sekali gapunya
fungsi di acara ini. Dan cara ini pun gue urungkan.
Hal
ketiga yang terpikirkan untuk gue lakukan adalah; solving rubik. Tapi masalahnya
saat itu ga ada rubik. Masalah lainnya adalah gue masih cemen dan butuh waktu lama untuk nge-solve rubik. Masa iya gue harus berdalih ke kakanya dan bilang seperti ini,
“ka, saya bisa solving Rubic dalam
waktu 3 hari lhoo! Bahkan Grand master dan pemegang rekor sekalipun ga akan
bisa men-solve rubik dalam waktu segitu. Gimana, Hebat kan ka?”
Yang ada gue ditampar jeroan.
“bingung ka, kaka yang nentuin deh
saya mesti ngapain, tapi jangan suruh saya untuk melakukan seperti mahasiswi
yang tadi kaka ceritain ya. Saya masih awkward disini hhe”
Dan
akhirnya gue hanya diminta untuk mengirimkan sepuluh sms ke temen-temen gue yang
isinya adalah bahwa gue akan berusaha sekeras dan secerdas mungkin jika dipilih
jadi panitia dalam acara ini. gue bersyukur ga dipaksa untuk berteriak lantang
seperti mahasiswi yang diceritakan oleh kakaknya tadi. *sigh
Abis..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar