Siang hari, ruang kampus jurusan Hubungan Internasional 1B terdengar
cukup ramai. Diisi oleh perbincangan dan riuh tawa mahasiswa yang asik dengan
teman sekelompoknya masing-masing. Kelompok itu dibentuk oleh dosen mata kuliah
Politik Luar Negeri. Para mahasiswa diminta untuk mendiskusikan salah satu contoh
masalah politik luar negeri yang diberikan oleh dosennya, yang mana tiap
kelompok mendapatkan contoh yang berbeda.
David
: “Mil,
dosennya mana ya katanya keluar sebentar, ko lama banget”
Syamil: ”mungkin dia lagi ada urusan penting vid,
lagipula kita kan udah dikasih tugas sama dia”
David
: “justru
itu, ada yang mau aku tanyakan mil”
Syamil
:
“yaa tunggu aja, mungkin sebentar lagi”
David
:“semoga”
David, Kristiani, dan Syamil, Muslim,
adalah dua orang pemuda yang sudah bersahabat sejak dibangku SMA. mereka sudah
sangat dekat dan akrab meskipun keduanya mempunyai agama yang berbeda, bahkan kedekatan mereka pulalah yang memberikan alasan kepada
mereka untuk masuk jurusan yang sama.
Saat itu, saat dosen belum kembali ke
kelas, mereka memilih untuk membincangkan film anime yang sama-sama mereka
suka. Dan kemudian sampailah mereka pada pembicaraan seperti ini;
David
: “eh ya Mil, sekarang kan tanggal 23 Desember dan sebentar lagi natal,
kamu gak mau mengucapkan selamat padaku?”
Syamil
:“maaf
vid, tapi aku engga bisa”
David
:
“engga bisa kenapa? Karna agamamu dan agamaku berbeda?Tapi Teman-teman mu yang lain saja memberikan
ucapan selamat kepadaku dan mereka baik-baik saja”
Syamil
:
” mungkin ada yang belum mereka ketahui dan pahami”
David
:“ayolaah
Mil, itu kan Cuma ucapan saja, hanya rangkaian kata-kata yang mempunyai maksud
untuk memberikan selamat”
Syamil
: “maaf vid tapi aku benar-benar tidak
bisa hehe sorry yaa my brotha”
David
: “ayolah,
hanya ucapan saja, setahun sekali ko Mil”
Syamil
: “baiklah. Gini, aku akan memberikan
selamat kepadamu tapi dengan syarat, mau kah kau mengucapkan dua kalimat
syahadat terlebih dahulu”
David
: “Hah?! Membaca syahadat. Maaf mil kalo
untuk itu aku tidak bisa”
Syamil
: “kenapa?”
David
: “aku takut jika aku mengucapkan itu akan
bisa merusak dan mengganggu kepercayaan ku”
Syamil
: “tapi David, Itukan Cuma rangkaian kata
dan kalimat bahasa arab saja. Ayoolaah”
David: “Baiklah Syamil sahabatku, cukup, aku
sudah mengerti maksud mu”
Sambil menyunggingkan senyum, David mengakhiri perbincangan itu. Tak ada hati yang tersakiti, dan tak ada dendam
setelah terjadinya perbincangan itu. David sudah mengerti apa yang dimaksudkan Syamil,
dan ia pun kagum bagaimana Syamil menjelaskan kepercayaannya tanpa menyakiti
dan menyinggung perasaannya. Begitu juga dengan Syamil, ia kagum dengan David,
sahabatnya itu, bagaimana ia bisa mengerti dan menghormati kepercayaan dan
keyakinannya.
Perbedaan bukan diciptakan untuk (dipaksa)
disamakan. Tak perlu kekerasan untuk membuat mereka mengerti. Tapi perbedaan
diciptakan untuk mengisi tempatnya masing-masing dan biarkan mereka melengkapi
kekurangan yang dimiliki oleh yang lainnya.
Cerita diatas murni fiksi.
Yang gue
harapakan adalah Semoga ada pelajaran yang bisa diambil dari cerita diatas
“ng.. ng.. baik, lets off to the
topic. Sudah punya pengalaman menjadi panitia?”
“pernah dong ka, jadi panitia 17 Agustusan,
teruus jadi Panitia pemotongan hewan kurban. Gitu kan ka?”
Dan
sekali lagi entah kenapa kaka itu terlihat speechless. Entah apa yang gue
lakukan (itu karna jawaban bodoh mu Azmi!! Hey seharusnya kau cerdas!!)
Kemudian
interview itupun dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang mendasar dan
basic dari suatu interview, sampai pada saatnya munculah pertanyaan yang
menurut gue cukup menantang, gini;
“kamu yakin akan bertanggung jawab dengan
tugas yang kamu terima?”
“yakin kak” kata gue dengan mantap
“kamu milih Divisi Acara, berarti kamu sudah
siap kalo misalnya suatu ketika kamu punya kesalahan yang cukup besar, kamu yakin
mau mempertanggung jawabkannya?”
“dari awal saya udah niat untuk ikut
kepanitiaan acara ini kak, jadi dari awal pula saya sudah siap dan yakin dengan
semua tugas dan resiko. Namun tentunya dengan hukuman yang setara dengan
kesalahan yang saya buat”
jawab
gue makin mantap + bokis dikiiit haha, sok-sokan dari awal udah siap padahal
sebelumnya di selasar masjid aja gue masih bimbang mau ikut apa engga
“sip, kaka jadi yakin sama kamu. kaka mau
cerita tentang pengalaman PNJ Fair tahun kemarin, jadi ada anak Divisi Acara
yang hampir mau dipenjara karena ga bisa nepatin janji feedback ke perusahaan
sponsor”
*Glek.
Nelen ludah saat itu persis seperti nelen baso bulat-bulat
“konsekuensinya bisa sampe bawa-bawa
penjara ka?”
“ iya jelas bisa, karena kalo udah menyangkut
suatu perusahaan biasanya ada perjanjian hitam diatas putih, bermaterai pula
kan, jadi jelas bisa dibawa sampe ke ranah hukum”
Gue
Cuma bisa ngangguk ngangguk ngeri,
“jadi gimana .. masih yakin mau ikut
kepanitiaan ini dan masuk ke divisi acara?”
“ emm, sebelum saya denger cerita kaka itu
sih saya yakin yakin aja tapi setelah denger itu ko rasanya jadi rada ragu ya
hhe”
“hahagaperlu takut gitu, kamu ga sendirian ko nanti”
“iya ka” hanya kata itu yang bisa gue
keluarkan setelah shock terapy sama cerita kakaknya yang tadi.
“oke kaka kira sudah cukup untuk saat ini, sebelum
itu kaka punya pertanyaan terakhir pada interview kali ini; apa yang akan kamu
lakukan untuk meyakinkan saya bahwa kamu pantes saya pilih untuk ikut
kepanitiaan?”
“hah, maksudnya kak? Bisa tolong dikasih
contoh?”
“oke gini deh, tadi siang ada mahasiswi yang
OR juga sama kaka terus setelah kaka melayangkan pertanyaan itu, tiba-tiba dia
berdiri dihadapan kaka dan kemudian dia berteriak dengan lantang menyebutkan
namanya dan kemudian bilang bahwa dia akan siap untuk berkontribusi aktif dalam
acara ini jika seandainya memang dia terpilih”
“Harus berupa tindakan nyata ya?”
“yap . tepat. Ayo, apa yang mau kamu lakukan
untuk meyakinkan kaka? Ayo apa aja ..”
Hal pertama yang gue bayangkan setelah dia
bertanya seperti itu adalah; apakah gue harus kayang ditengah-tengah ruang BEM
ini dan bilang ke kakaknya bahwa gue bisa lho gosok gigi sambil kayang. Namun niat
itu gue urungkan, karna mau gue kayang ke’ atau dicampur sikap lilin dilanjutkan
koprol di udara gue rasa itu bukan hal yang bisa meyakinkan dia untuk nerima
gue sebagai panitia, yang ada dia yakin bahwa species seperti gue harus
dimusnahkan dari PNJ.
Hal
kedua yang terpikirkan adalah, apakah gue nunjukkin ke kakanya teknik spinning
pen gue yang baru belajar 2 hari. Tapi Gamungkin, teknik spinning pen gue baru
satu dan itu juga samasekali gapunya
fungsi di acara ini. Dan cara ini pun gue urungkan.
Hal
ketiga yang terpikirkan untuk gue lakukan adalah; solving rubik. Tapi masalahnya
saat itu ga ada rubik. Masalah lainnya adalah gue masih cemen dan butuh waktu lama untuk nge-solve rubik. Masa iya gue harus berdalih ke kakanya dan bilang seperti ini,
“ka, saya bisa solving Rubic dalam
waktu 3 hari lhoo! Bahkan Grand master dan pemegang rekor sekalipun ga akan
bisa men-solve rubik dalam waktu segitu. Gimana, Hebat kan ka?”
Yang ada gue ditampar jeroan.
“bingung ka, kaka yang nentuin deh
saya mesti ngapain, tapi jangan suruh saya untuk melakukan seperti mahasiswi
yang tadi kaka ceritain ya. Saya masih awkward disini hhe”
Dan
akhirnya gue hanya diminta untuk mengirimkan sepuluh sms ke temen-temen gue yang
isinya adalah bahwa gue akan berusaha sekeras dan secerdas mungkin jika dipilih
jadi panitia dalam acara ini. gue bersyukur ga dipaksa untuk berteriak lantang
seperti mahasiswi yang diceritakan oleh kakaknya tadi. *sigh
“ciee jadi daftar nih ceritanya.
temuin gue di sekret HME ya?”
“oke..”
Sore hari sekitar pukul 4 gue minta
temen gue, Mira, untuk nemenin gue ke sekretariat BEM PNJ.
Sebelum beranjak dari selasar utara
masjid PNJ, gue menatap secarik kertas formulir pendaftaran yang tampak lecek
karna tertindih laptop di tas gue. ‘yakin ikut daftar ga ya?’ masih ragu mau
ikut kepanitiaan PNJ Fair atau engga. ‘Ini event besar BEM PNJ dan ini acara
yang termasuk kedalam skala nasional, sayang kalo acara ini hanya gue lewati
sebagai pengunjung dan mahasiswa tuan rumah aja’, pikir gue sambil make sepatu.
setelah itu gue pun bergegas menuju
sekret HME untuk nemurin Mira. Belum benar-benar sampe di depan ruangannya, Mira
udah lebih dulu nyamperin gue yang terlihat berjalan keluar dari pintu sekret.
“ko
sendirian, Taufiq mana? Katanya tadi dia mau ikut interview juga”
“wah gatau
deh, tapi dia gabilang gue lagi kalo emang bener mau ikut. Kayanya sih udah
pulang”
“yee gimana
sih Dia. eh mi ngomong-ngomong muka lu gausah tegang gitu juga kali, santai aja
haha”
“tegangnya apanya? Biasa aja ah.
Iseng banget meratiin mimic orang”
“iseng
gimana, orang frontal gitu mimic lu hha. Jangan bilang ini interview pertama
lo. Atau jangan-jangan ini pertama kalinya lu mau ikut kepanitiaan?”
“ih enak
aja, emang gue terlihat seperti anak-anak yang kurang pergaulan apah. Gini-gini
gue gaul lho, dulu aja SMA gue suka nongkrong di WC terminal, bahkan gue
gini-gini pernah hampir direkrut jadi penonton dahsyat! Kurang gaul apa lagi
coba gue?! yeyelalala – yeyeye lalalala”
“ALAY!!”
“haha
bercanda”
Tak lama gue pun sampe di depan sekret BEM
PNJ. Kesan pertama liat secara dekat ruang BEM adalah, ‘ruangan ini diisi oleh
orang-orang sibuk’. Hampir semua anggota BEM lagi sibuk sama urusannya
masing-masing, sekalipun mereka masih berada dalam satu ruangan. Ada yang lagi
sibuk sama laptopnya, sibuk jadi interviewer open recruitment PNJ fair dan
Olimpiade elektro, dan ada yang lagi sibuk ngatur tata letak bahan-bahan
sembako yang saat itu sumpah yaa numpuk banget disana. Karna kebetulan saat itu
beberapa hari lagi BEM mau ngadain acara PolyCare, semacam bakti social gitu.
“Mir, dimana?”
“masuk aja
mi, Tanya sama kaka yang itu”
Gue pun masuk ke ruangan itu, kemudian nanya
ke kaka berjilbab hijau tosca yang menurut gue paling Nampak disitu, hha iya
karna dia cakep (tanpa disadari jiwa modus telah tertanam di dalam diri gue)
“permisi
ka, kalo mau daftar kepanitiaan PNJ Fair sama siapa ya?”
“oh iya
sini-sini sama kaka, tapi tunggu yaa dia duluan yang interview soalnya duluan
dateng”
dengan senyumannya yang cukup garing-minta-digigit itu, dia menunjuk ke arah
mahasiswi yang sudah duduk di hadapannya.
“Terus
kalo mau daftar jadi pria idamannya kakak dimana ya?”
Seketika
palu 100 kg menghantam kepala gue.
“oh iya ka
gapapa silahkan duluan, saya bisa nunggu ko”
“mi, gue
masih ada urusan di HME nih, gue tinggal disini gapapa kan? Setidaknya gue udah
ngaterin lu kesini hehe”
“oh iya Mir fine,
silahkan tinggalkan aku sendiri disini bersama lenyapnya sosokmu yang tega
meninggalkan ku bersama bungkusan-bungkusan sembako ini. Tega kau Mir!
*memalingkan pandangan*”
“tapi mi,
aku sudah mengorbankan waktuku yang padat ini hanya untuk mengantar mu ke
ruangan ini, tempat ini! Tempat yang sebenarnya bisa kau tempuh dengan hanya
membayar 1000 Rupiah naik odong-odong! Tak bisakah kau memberiku sedikit
kelonggaran waktu untuk ku?”
“bullsh*t!
enyah kamu Mir!”
sebenarnya
realitanya tak seperti itu. Teks barusan murni animasi
tiba-tiba ada kakak mahasiswi
berbadan subur nanya sama gue,
“ada
keperluan apa ya?”
“mau OR (sebutan lain dari
interview) PNJ Fair ka”
“oh yaudah sini sama kakak aja”
“ng.. emm..
eee… iya kak” jiwa modus gue berkata; berarti gajadi sama kakak jilbab tosca
itu dong . Pfft
“duduk
disini aja ya dek” katanya sambil mempersilahkan gue duduk. “Baik, coba awali
dengan kamu memperkenalkan diri. waktu maksimal 1 menit”
“okey, nama
saya Ahmad Azmi Fikri, asal sekolah dari SMA Sejahtera 1 Depok, kesibukan saya
saat ini adalah sedang sibuk mencari kesibukan. Motivasi saya ikut kepanitiaan
ini karena saya ingin ngebahagiain mama papa dan ingin masuk surga, sekian”
Hahaha masa gue baru
sempet nulis blog lagi. Sok ngartis banget yaa padahal kegiatan gue saat ini
Cuma kuliah maen pulang – kuliah maen pulang doang hheh. Tapi meskipun Cuma gitu
doang (cumaa!) tetep aja ngerasa jenuh terkadang, yaa siapa lagi pelakunya yang
bikin mood gue kocar-kacir selain tugas yang numpuk.
Gitu deh, bisa
dibilang Politeknik Negeri Jakarta ini, terutama jurusan yang gue ambil yaitu
Teknik Elektro, punya rangkaian jadwal dan tugas yang padet. kenapa bisa padet?
Dan kenapa harus padet? Alasan dari Pertanyaan ini udah pernah gue bahas di
entry sebelumnya. Jadi gini,
Pada zaman dahulu
setelah perang dunia kedua usai …
Lho lho engga engga,
haha engga dari situ juga ya ceritanya, jauh banget. jadi ya gitu ( Ya gitu
apaa?!!) gitu, Politeknik Negeri Jakarta sengaja membuat tugas-tugas dan jadwal
padet khususnya pada jurusan teknik agar para mahasiswanya bisa terbiasa dengan
aturan-aturan yang ketat dan disiplin, karena eh karena kebanyakan dari
lulusan politeknik itu kan nantinya akan bekerja di sector industry, nah
peraturan yang berlaku di industri itu kan strict
banget tuh, jadi mahasiswa poltek gak akan kaget lagi dengan keadaan seperti
itu, karena sudah terbiasa di dunia persilatan perkuliahan
Emm tadi mau share
apa ya ..
Oya, share tentang
acara Metro TV on Campus
Seminggu lebih yang
lalu, tepatnya tanggal 22 November 2012 ada acara Metro TV on Campus yang
kebetulan UI lagi dapet gilirannya untuk diadain di kampus mereka. Rangkaian
acaranya ga hanya sehari, kalo gue ga salah baca total rangkaian acara ada 3
hari dari tanggal 20 sampe 22 November, dan acaranya ga hanya satu, banyak. Ga
bisa dibilang banyak juga sih, yaa poko’e lebih dari satu. Yang gue inget itu
acaranya ada Acara seperti pelatihan journalistic gitu trus open mic stand up
comedy, dan bisa dibilang ini acara puncaknya, yaitu Just Alvin on Campus. Just
Alvin ini dilaksanain tanggal 22 November dan ini pulalah satu-satunya acara
yang gue ikutin dari keseluruhan rangkaian acara Metro TV on Campus.
Just Alvin On Campus
ini mulai opening dari jam setengah 3an, yang sebenernya tertulis di
rundown adalah jam 1. Gue dateng jam 2 kurang. Awalnya gue udah berfikiran
bahwa gue bakal telat karna siapapun juga pasti berpikiran bahwa acara sebesar
itu plus menyangkut perusahaan stasiun tv pasti ga akan ngaret, eh ternyata,
sami mawon hheh. tapi beruntung juga sih acaranya telat jadi gue bisa nyaksiin
dari awal sampe akhir.
Sebelum main
show-nya tampil, ada beberapa rangkaian acara kecilnya dulu, kaya quiz-quiz
gitu trus ada juga penampilan dari Adera. Dia sempet bawain 2 lagu, “terlambat”
sama “lebih indah”. Setelah itu baru deh main shownya mulai, diawali dengan
Alvin sebagai host yang masuk ke panggung dengan energic-nya. Awal salam
perkenalan, salam-salam hangat sama para penonton terus juga dia cerita
bagaimana dia dulu kuliah di fakultas hukum UI (sumpah ini gua baru tau lho
kalo dia ternyata alumnus UI), dia cerita bagaimana kelucuan semasa dia di ospek
sama kaka kelasnya, bagaimana dia menjalani hukuman-hukuman dari kaka kelasnya,
misal dia harus jalan jongkok dari pocin sampe depan fakultas hukum karena dia
berangkat dari depan pocin naik ojek, yang padahal itu gaboleh. Peraturannya
gaboleh bawa kendaraan ke dalam lingkungan kampus, yaa you know laah
peraturan-peraturan nyeleneh kala ospek.
Setelah panjang
lebar cerita barulah bintang tamu muncul. Bintang tamu pertama itu Mas Pepeng.
Saat itu kondisi badannya lagi bisa diajak kompromi katanya, jadi dia bisa
dateng ke acara itu meskipun memakai kursi roda sekalipun. Mas Pepeng juga
cerita bagaimana dia dulu berkuliah di fakultas psikologi UI. Selain itu dia
juga banyak bercerita tentang kisah hidupnya yang sangat sangat inspiring
terutama buat gue dan penonton lainnya, which is kita sebagai mahasiswa. Dia
bercerita bagaimana saat dulu dia masih kuliah, dia harus berjuang buat biayain
kuliah dia sendiri, gak sampai situ aja, dia juga share ke audience tentang
seberapa struggle nya hidup dia saat mulai sakit dan drop. Tapi itu semua
ga bikin dia rendah diri dan putus asa, karna penyakit yang ada di dalam tubuh
kita ini gaboleh di lebay-lebayin, kata dia,
“kalau kalian sakit
yaudah sakit. Ga perlu kalian melebih-lebihkan dengan sikap yang ‘aduh sakit nih’,
‘aduh jadi males ngapa2in nih’, ‘aduh ga bisa nih’ dan perkataan aduh –aduh
lainnya yang kalo kalian tahu itu hanya akan semakin membuat diri kalian ga
mampu. Jadi kalo sakit ya sakit. Yaudah. Tapi kerja tetep kerja, sekolah ya
tetep sekolah, anggap aja sakit itu hanya seperti perhiasan atau pajangan. Yaa
walaupun terkadang tubuh ini juga butuh perhatian lebih, tapi sekali lagi sakit
jangan dibuat alasan untuk kalian memanjakan diri ”
Kurang lebih seperti
itu yang gue tangkep dari perkataanya. Truus dateng bintang tamu kedua, namanya
mas Rene Suhardono atau panggilan akrabnya Coach Rene. Dia dipanggil coach
karena kegiatan dia yang dipenuhi sebagai seperti seorang trainer motivation
gitu. Tapi untuk sebagai trainer motivation, pembawaan dia sama sekali ga kaku,
anak sekarang bilang itu GaHuuwLll aBeeszz.. iya dia gaul, cara pembawaannya
anak muda jaman sekarang banget, tapi ga alay, materinya pun ringan dan fun,
tapi berbobot. Sungguh.
Materinya ga jauh
beda dengan yang dipaparkan Mas Pepeng, masih berada dalam satu tema. Motivasi
tentang perjuangan hidup, passion dan kesuksesan. Mas Rene menjelaskan
bagaimana passion dan cita-cita itu berbeda. Passion arti harfiahnya sendiri
itu nafsu, hasrat, dan keinginan, tapi arti terminologinya, berdasarkan penjelasan
Mas Rene itu, passion bisa diibaratkan sesuatu yang saat kita lagi
ngejalaninnya kita bisa enjoy, kita bisa jadi diri sendiri dan kita bisa
merasakan bahwa ini gue banget lhoo! bahkan untuk mengerjakannya kita merasa
gapapa deh ga dibayar juga, bahkan kalo perlu gue sendiri deh yang bayar.
Kira-kira seperti itu. Kalian pasti pernah ngerasain kan perasaan seperti itu.
Nah! Itu yang namanya passion
Pokonya banyak
banget hal yang memotivasi dalam acara itu. Dan untungnya gue jadi ikut, karna
awalnya gue fikir acara itu akan jadi acara talk show biasa yang rada boring
haha, ternyata .. Zuperr!
Mas Rene juga sempet
muterin video yang punya pesan tersirat yang cukup dalam. masih tentang
passion. video musik dari nugie. di video itu punya pesan bahwa apa yang kita
pelajari dan tekuni sekarang (kuliah atau pekerjaan misalnya) belum tentu
passion kita. mungkin sebagian dari kita tahu bahwa itu bukan passion kita tapi
tetep melakukan pekerjaan itu dengan alasan untuk me-ma-pan-kan keluarga. ya,
ingin hidup mapan. banyak orang menjalani pekerjaan yang sebenernya itu bukan
passion mereka, hanya untuk mencari kemapanan. namun sebagian lain lagi mungkin
sudah bertemu dan menjadikan passion mereka sebagai job mereka.
nih videonya :
Caption:
sudahkah kita melakukan hal yang
sesuai dengan Lentera Jiwak kita?
tiada kata terlambat untuk mengikuti Lentera Jiwa mu.
sukses bukan apa-apa bila kita tidak menikmatinnya