Suasana begitu tenang sekalipun ramai oleh para fresh graduate dari berbagai
universitas.
Ditemani semangkuk bubur ayam
yang baru gue beli dari penjual makanan dadakan di dekat tempat parkir. Gue
yang sedari awal memulai makan sampai buburnya sudah setengah porsi wadahnya, masih saja mengedarkan
pandangan ke para fresh graduate yang sedang berkumpul di depan gedung pusat
studi jepang, yang akan mengikuti tes TOEFL untuk seleksi menjadi pegawai di
BPMigas. Menurut gue mereka objek yang menarik. Bukan penampilan mereka yang menarik, hanya
saja gue jadi teringat diri gue sendiri, membayangkan kurang lebih 3 tahun dari
sekarang akan menjadi seperti mereka, menjadi lulusan yang berlomba-lomba untuk mencari kerja. Membuat
gue berfikir untuk jangan sampe kuliah main-main, karena dunia kerja punya
persaingan yang cukup ketat. Terutama untuk pekerjaan yang punya penghasilan
mapan.
Selesai menghabiskan seporsi
bubur ayam, gue menyergap satu botol Nu
green tea madu yang sedari tadi gue taruh di samping tempat duduk. Sambil
meneguk, gue memperhatikan ayah gue yang masih asik ngobrol dengan teman SMA
nya dari Kuningan, Cirebon. Sudah cukup lama mereka lulus dari SMA namun
keakraban yang mereka miliki sama sekali tak terlihat kaku. Seperti teman yang
baru berpisah beberapa bulan. Jadi ngebayangin kalo gue ketemu sama teman-teman
SMA dan SMP nanti. Ketika kita semua udah sukses dan berkeluarga. Haha. Bakal
seru seperti dulu gak ya? Hmm
Tanpa sadar dan tanpa
peringatan waktu berlari begitu aja. Tiba-tiba habis masa muda gue. Itu semua akan
terasa sia-sia kalo waktu gak kita isi dengan hal-hal yang bermanfaat.
“ndi,
abdi kaditu dulu nyak mau ngerokok hehe” izin teman ayah gue kepada ayah gue.
Tak tega membiarkan ayah gue menjadi perokok pasif
“sok
atuh cep, tapi henteu nanaon lamun daek di dieu oge”
“henteu
ah, ganggu endi lah” sambil menyunggingkan senyum
“yaa
sok atuh dah”
Tiap
kali ayah gue berbicara bahasa sunda baik itu sama saudara atau siapapun,
rasanya gue sangat menikmati aksen mereka. Terdengar halus dan .. lucu menurut
gue. Tertarik untuk terbiasa dengan bahasa itu.
Puas
meneguk setengah botol teh, gue bertanya ke ayah gue..
“masih
akrab ya bi? Padahal udah cukup lama ga ketemu”
“iya, dan sebenernya dia juga
masih ada hubungan sodara sama abi. haha lucu tadi cerita masa-masa SMP sama
SMA dulu. Daridulu dia sohib abi, kalo ada masalah sekolah sampe masalah asmara,
abi curhatnya sama dia, jadi dia udah tau jelek-jeleknya abi, begitupun
sebaliknya”. jelas ayah gue sambil
menyunggingkan senyum.
“oh pantes masih keliatan akrab
banget”
“iya ..” jawab ayah gue dengan
nada gantung, tiba-tiba melanjutka pembicaraan …
“tadi dia juga cerita sama abi,
banyak yang berubah dari temen – temen abi dulu”
“berubah gimana?” Tanya gue
penasaran
“macem-macem laah … ada yang dulu
prestasinya biasa aja eh sekarang katanya sukses dan kaya. ada yang prestasinya bagus, sekarang dia
biasa aja bahkan cenderung ‘sederhana’. terus Ada yang dulu agamanya kocar-kacir
sekarang jadi alim banget. yaa pokoknya
macem-macem” ayah gue menjelaskan
“hmm” jawab gue sederhana
Ada
hening yang panjang …
kemudian
ayah gue melanjutkan pembicaraannya.
lebih terdengar seperti nasihat dan masukan dari seorang ayah kepada
anaknya ketimbang obrolan basa-basi biasa. Dia bilang,
“dari cerita dan kisah temen-temen abi tadi,
kita bisa ambil pelajaran. Bahwa, nasib seseorang dan masa depan seseorang
tidak saklek hanya bisa ditentukan dari masa lalunya. Jika masa lalunya buruk
belum tentu masa depannya bakal buruk. Begitu juga sebaliknya dengan mereka yang
dulunya baik, sama sekali ga ada jaminan bahwa mereka akan menjadi orang baik
dan sukses pula di masa depannya.
Tapi memang, masa depan ada di
tangan kita dan sifat kita yang sekarang cukup punya andil dalam menentukan
jadi apa dan bagaimana kita nanti.
Masa depan itu ibarat kertas
baru yang masih kosong dan masih putih bersih. Kertas putih itu ga akan jadi
kotor ataupun ternoda sedikitpun hanya karna halaman sebelumnya banyak coretan.
Jadi kita ga bisa men-judge seseorang hanya karna masa lalunya.
Azmi bisa ambil contoh dari
sahabat Rasulullah SAW. Emm, misalnya Umar Bin Khatab. Azmi udah tau kan bahwa
sebelum Umar jadi pengikut Rasulullah, dia itu termasuk orang kafir yang
sangat-sangat menentang Rasulullah. Dia juga termasuk pria Kafir Quraisy yang terbaik
dan paling ditakuti. Dia pernah mau membunuh Rasulullah ketika tau bahwa
adiknya sudah masuk islam. Tuh coba bayangin seberapa dia menentangnya dan ga
terimanya sama ajaran islam. Tapi coba lihat setelah dia masuk islam … bener-bener berubah 180 derajat. Dia berubah
menjadi seorang Mukmin yang taat dan membela Rasulullah habis-habisan. Bisa
dibilang dia sebagai tamengnya Rasulullah. Siapa yang berani menentang Rasul,
dia orang pertama yang siap melawan. Sangat-sangat berbeda kan dengan dia saat
masih kafir.
Intinya masa lalu tidak bisa
‘saklek’ menentukan masa depan, hanya punya andil. Tapi tidak sepenuhnya.
Kita juga jangan mau ngotorin
kertas yang masih putih bersih itu. Dari sekarang harus punya rencana mau
diapain tuh halaman yang masih kosong. Dan Jangan sampai kita juga punya
rencana buat ngotorin tuh halaman yang masih baru”
senyuman ayah gue mengakhiri perkataannya.
Omongannya
kali itu sangat dalam. Gue mengerti, Secara ga langsung dia meminta gue untuk
membuat rencana kehidupan gue di masa depan. Meminta gue untuk menyusun rencana
Baik di pikiran sebanyak-banyaknya. Supaya gak ada waktu yang dibiarkan gitu
aja
Dan obrolan kali itu adalah Perbincangan paling indah yang pernah kami lalui.
Agustus
26
Pagi
hari. Taman Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas
Indonesia
Untukmu,
yang tak pernah lelah menuntunku
Love
you,
..
Dad ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar